Social Icons

Rabu, 28 November 2012

Rezeki yang Tidak Disangka-sangka



 “dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka - sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah SWT telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu.” (QS 65:3 )
——– )I( —————- )I( ————- )I( ———-
Seandainya ada seekor semut kecil berwarna hitam, berada di atas batu hitam yang sangat besar, dan batu besar itu berada di dalam goa yang memiliki kedalaman teramat dalam, sungguh rezeki dia dijamin oleh Allah SWT dan takkan sedikit pun terdholimi dan terlepas dari rahmat Allah SWT.
Begitupun sekawanan burung, yang mengepakkan sayapnya di pagi hari. Menjelajah luasnya hamparan awan biru dan melintasi luasnya samudera pasti rezeki (berupa makanan) bagi dia telah dijaminNya. Mengapa burung itu merasa yakin akan mendapat makanan di  pagi hari itu?? Siapa pula yang menuntun dan memberikan ilham dalam mengembara mencari makanan kala itu?? Itu semua karena jaminan rezeki berada di tangan Allah SWT. Bahkan makanan yang dia dapat bukan saja mengenyangkan perutnya, tetapi di tambah oleh Allah hingga akhirnya sekembali ke sarangnya, burung itu pun bisa memberikan makanan kepada anak anaknya yang di tinggal di sarang di atas ketinggian begitu saja.
Kalau lah saja semut kecil hitam itu tidak terlepas rezeki nya dari Allah SWT, burung burung itu yang tidak dibekali akal pun mendapatkan rezeki dariNya, apakah kiranya kita (yang merupakan makhluk ciptaanNya paling sempurna), yang lebih besar ukuran tubuhnya dari semut dan burung akan dibiarkan begitu saja (tidak mendapatkan rezeki dariNya???)
Masalahnya bukan terletak pada dapat atau tidak dapat rezeki hari ini (karena memang rezeki itu hak prerogatif dari Allah SWT). Tetapi kurangnya usaha, kerja keras dari kita sendiri. Dan itu pun ternyata tidak cukup sampai disitu saja, kita disuruh tawakkal atas rezeki. Karena hitung hitungan untuk mendapatkan rezeki itu bukan seperti hitung hitungan matematika pada umumnya.  Ketika kita menginfakkan seratus rupiah pada hakikatnya rezeki kita tidak berkurang seratus tapi akan bertambah (insya allah) menjadi seribu. Karena setiap kita berbuat sekali kebaikan akan dibalas dengan 10 ganjaran kebaikan dari Allah SWT. Namun ganjaran kebaikan dari Allah SWT itupun tidak melulu berupa materi saja (bisa saja kesehatan, keselamatan, keberkahan dll).
Kalau memang belum rezekinya, biarpun kita pontang  panting mencari, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala tetap saja (karena belum rezekinya) dia takkan memperolehnya. Demikian pun kalau sudah menjadi rezekinya, biarpun baru terbangun dari tidurnya pasti juga akan mendapatkannya begitu saja karena skenario dari Allah SWT. Tapi janganlah lantas menyurutkan dan menyebabkan kita tidak mau berikhtiar, ogah berusaha mencari rezeki. Justeru tugas dan kewajiban kita itulah berikhtiar, masalah hasil kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Kalau sudah begitu, mengapa kita begitu enggan menyisihkan sebagian rezeki yang kita punya di saat kita kelebihan rezeki. Dengan beralasan akan mengurangi rezeki kita sungguh itu alasan yang dicari cari. Begitupun ketika kita kekurangan dalam rezeki hari ini, kenapa pula kita mesti cuma menggerutu dan cuma sumpah serapah serta cuma meratapi nasib saja. Tidakkah kau malu pada burung (dengan segala keterbatasannya dibanding kita yang lebih sempurna dari nya). Toh setiap di pagi hari dia akan keluar dari sarangnya, dia tidak menghiraukan akan mendapatkan makanan atau tidak, yang penting bagi dia tetap terbang terbang dan terbang mencari rahmat rezekiNya.
Dan….. ada rahasia abadi tentang rezeki disana. Ya, bisa saja kita akan mendapatkan rezeki dari arah yang tidak terduga duga, yang tidak kita sangkakan sebelumnya. Namun untuk mendapatkannya, Allah SWT mensyaratkan kita untuk bertawakkal kepadaNya, yang tentu sebelumnya telah dimulai dengan ikhtiar kita. Jadi jangan takut miskin mengeluarkan infak dari rezeki kita, jangan lah pula cuma menggerutu dan meratapi nasib saja, karena ada rezeki laayahtahsib (tidak disangka sangka) telah menanti kita….
Wallahu’alam bishowab……
Ya Allah cukupkanlah rezeki bagi hambaMu ini, ringankanlah selalu untuk menginfakkan sebagian rezekinya,,, Amin Ya Robb,,,,

Selasa, 27 November 2012

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)



Rasulullah SAW memberi pedoman kepada kita, bahwa pada saat semua amalan yang lain menjadi terputus, anak shaleh yang mendo’akan orang tuanya merupakan salah satu peninggalan yang membuahkan manfaat besar.

Lebih dari itu, buah dari pendidikan yang baik bagi anak-anak akan dirasakan bukan hanya oleh orang tuanya, melainkan juga oleh masyarakat, baik dalam lingkup kecil antar tetangga maupun dalam lingkup besar berupa negara dan bahkan seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Betapa tidak, seorang anak yang tumbuh menjadi orang yang berilmu, taat kepada Allah, dan berakhlaq terpuji adalah dambaan semua orang. Kehadirannya selalu ditunggu karena ia bermanfaat bagi masyarakatnya. Berbeda dengan anak-anak yang tumbuh ‘liar’ dan bergelimang kerusakan moral, tak satu pun orang menyukai kehadirannya, kecuali dari kalangan mereka yang juga rusak dan ‘liar’. Sehingga bukan hanya orang tuanya yang resah dan gelisah karena perilakunya, namun termasuk juga masyarakat di sekelilingnya.

Banyak orang tua menganggap, bahwa ‘uang’ adalah alat utama agar anaknya terdidik dengan baik. Maka sibuklah para orang tua itu mencari uang tanpa mengenal batas waktu, dengan harapan anak-anaknya bisa mendapat pendidikan terbaik dengan bersekolah setinggi-tingginya. Padahal ternyata dengan jarangnya contoh/keteladanan orang tuanya bagi anaknya, maka dua prinsip sukses pendidikan, yaitu perhatian/pengakuan dan keteladanan telah hilang. Maka tak heran harapan orang tua pun akhirnya kandas.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At Tahriim (66):6)
Belajar sambil bermain ataukah bermain sambil belajar, pasti kita akan memilih kalimat yang kedua yaitu Belajar Sambil Bermain. Itulah yang dilakukan guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam rangka mendidik generasi-generasi  penerus bangsa yang siap menjadi ujung tombak keberadaan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Tujuan pendidikan anak usia dini adalah (1)  membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (2) mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Konteks penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sebagai berikut; (1) bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia, (2) bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian, (3) bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika, (4) bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan, (5) bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

Cacing Tanah dan Manfaatnya yang Menakjubkan

Cacing Tanah dan Manfaatnya yang Menakjubkan

Metamorfosa Kehidupan



Suatu tindakan yang dilakukan makhluk hidup untuk menjadi lebih sempurna, mencapai sesuatu yang indah.
Perubahan pada diri makhluk hidup tidak serta merta dalam waktu singkat akan langsung kelihatan, sedikit demi sedikit dan melalui proses yang sangat panjang dan penuh perjuangan.

Ada 3 kekuatan untuk melakukan perubahan :
1. Hati & Pikiran.
2. Kata-kata.
3. Tindakan..

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari kondisi yg negatif menuju ke arah yang positif. Dari derajad diri yang munkar menuju derajat diri yang ihsan. Dari derajat diri yg bodoh dan miskin, menuju derajad diri yang bermartabat.
“To be Excelent” berubah kearah yang lebih baik, itulah yang harus terpatri dalam sanubari kita, jangan pernah ada semboyan pada diri kita selogan “AKU MASIH SEPERTI YANG DULU”  tidak ada perubahan sama sekali.
Kalau lagu itu bagus bisa menghibur kita ketika kita dalam penatnya suatu pekerjaan.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka”

1. Hati dan Pikiran
Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).
Berawal dari hati, niat yang keras lagi mantap untuk merubah diri sendiri semaksimal mungkin, karena niat yang kuat dalam hati itu memberikan ghirah semangat yang menggebu-gebu untuk mewujudkannya.

            "Tulislah apa yang kamu pikirkan, jangan pikirkan apa yang akan kamu tulis"
— Ersis Warmansyah Abbas
Untuk merubah diri kita perlulah kita menuangkan target-target yang akan kita capai dan gapai.

2. Kata-kata
            Berubah itu tidak cukup dengan berkata-kata “aku ingin Berubah” tetapi harus di wujudkan dengan action. Sungguh sangat mudah kalau hanya cukup berkata-kata anak TK sekalipun bisa. Walaupun kata-kata kadang kita butuhkan, tapi alangkah baiknya sedikit berkata-kata banyak praktek.
Apalagi mengeluh pesimis terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan, itu sangat tidak mencerminkan pribadi yang kuat.

3. Tindakan
            Niat dalam Hati, tuangkan dalam tulisan target-target yang akan di capai, jangan banyak berkata-kata lakukanlah tindakan, optimis bahwa kita pasti bisa Berubah, karena di dunia ini tidak ada yang tidak bisa kalau kita mau berusaha.


DAN YAKINLAH : BISMILLAH
TUHAN BESERTA ANDA....

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ankabut [29]: 69).