Berbakti kepada kedua orang
tua memiliki keutamaan yang paling tinggi dan mulia. Tidak ada dalil yang dapat
menandingi kuatnya dalil Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk berbakti dan
berlaku baik kepada kedua orang tuanya yang mengiringi perintah untuk menyembah
Alllah yang Maha Esa( Yang tidak ada sekutu bagi-Nya), sebagaimana yang
disebutkan dalam beberapa ayat Al-Quran. Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala
yang artinya:
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan, berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak.” (an-Nisaa’: 36”
Juga firman Allah Ta’al
ayang berbunyi,
“Katakanlah, “Marilah
kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia; berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapak.” (al-An’aam: 151)
Juga firman Allah yang lain
yang berbunyi,
“Dan tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-bainya” (al-Israa’:23)
Perintah Berbakti dan Berlaku Baik kepada Kedua Orang Tua
Allah Ta’ala juga telah
mengadakan perjanjian dengan bani Israel agar mereka berlaku baik kepada orang
tua mereka, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
“Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari bani Israil (yaitu), ‘Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat baiklahkepada ibu bapak.” (al-Baqarah: 83)
Perhatikanlah nash-nash
Al-Quran ini. Lihatlah bagimana perintah menyembah Allah Yang Maha esa, Yang
tidak Memuliki sekutu- diiringi dengan perintah untuk berlaku baik kepada kedua
orang tua. Bukankah hal ini menunjukkan pentingnya persoalan berbakti kepada
kedua orang tua?
Hadits tentang Posisi Orang Kedua Orang Tua
Kemudian perhatikanlah juga
hadits nabi Sholallohu’alaihi wa sallam yang menjelaskan posisi berbakti kepada
kedua orang tua dibandingkan berbagai amal perbuatan yang lainnya, yaitu
dalalmhadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Musim dari Abdullah bin Mas’ud
Radhiallohu’anhu.
“Aku bertanya kepada Nabi
Sholallohu’alihi wa sallam amal perbuatan apakah yang paling disukai oleh Allah
?” Bleiau menjawab, “Melakukan shalat pada waktunya.” Aku kembali bertanya
kepadanya “Setelah itu perbuatan apa?” Beliau menjawab, “Kemudian berbakti
kepada kedua orang tua”. Aku kembali bertanya, “Setelah itu perbuatan apa?”
Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.”
Berbakti didahulukan dari Menuntut Ilmu
Berbakti kepada kedua orang
tua juga harus didahulukan daripada menuntut ilmu, meskipun ilmu yang dituntut
adalah ilmu agama. Dengan catatan, jika memang tuntutan untuk mempelajari ilmu
agama ini hukumnya adalah fardhu kifayah.
Jika seseorang tidak
mengetahui bagaimana cara menyembah Allah, juga tidak mengetahui bagaimana cara
mengesakan-Nya, tidak mengetahui bagaimana cara melakukan shalat, serta
bagaimana cara menjatuhkan talak jika pada suatu saat dia dituntut untuk
menceraikan istrinya, maka dalam kondisi yang seperti ini menuntut ilmu agama
didahulukan daripada berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti dulu kemdudian Melakukan Perjalanan
Berbakti kepada kedua orang
tua juga harus didahulukan daripada melakukan perjalanan untuk mencari rezeki
jika orang tersebut masih memiliki persediaan makanan yang dapat menunjang
kelangsungan hidupnya sarta dapat menutupi rasa laparnya dan rasa lapar
keluarganya. Jika dia masih memiliki rumah untuk tempat berteduh untuk tempat
berteduh serta masih memiliki pakaian untuk menutupi auratnya, juga selama dia
merasa aman di negaranya dan tidak atakut terkena fitnah atau cobaan yang berat
yang tidak dapat di tanggung, maka dia harus mendahulukan berbakti kepada kedua
orang tuanya daripada melakukan perjalanan.
berbakti dan berlaku baik
kepada orang tuaKemudian perhatikanlah juga perintah Allah Ta’ala kepada
hamba-Nya pada beberapa ayat yang terdapat dalam kitab Al-Quran agar mereka
berbakti kepada kedua orang tua mereka, yaitu pada firman Alloh Ta’ala yang
berbunyi,
“Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai
anakku, janganlah kamu mmpersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezalliman yang besar.’ danKami perintahkankepada
manusia (berbuat baiklah) kepada orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapak-mu, hanya kepada Kulah
kembalimu.” (Luqman: 13-14)
Begitu juga firman Allah Ta’ala yang berbunyi,
„Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyampihnya dalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahunia berdoa, „Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.’” (al-Ahqaaf: 15)
Allah Ta’ala juga berfirman:
„Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuianmu tetnang
ibu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-‘Ankabuut: 8)
Dalam beberapa ayat Al-Quran
ni, Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya dan bersyukur
kepada kedua orang tuanya.
Ketika Allah Ta’ala memuji
danmenyanjung paranabi,maka di antara salah satu faktor sanjungan-Nya kepada
mereka adalah sikap berbakti mereka kepada kedua orang tua mereka. Sebagaimana
yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala ketika Dia menceritakan kisah nabi
Yahya bin nabi Zakaria Alaihi sallam,
„Dan banyak berbaktikepada
kedua orang tuanya dan bukanlahia seorang yang sombong lagi durhaka.” (Maryam:
14)
Begitu juga halnya dengan
perkataan nabi Isa yang diucapkan ketka diamsih bayi, sebagaimana yang
dipaparkan di dalam al-Quran,
”Berkata Isa, ‘Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi. Dan ida menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja kau
beradsa dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama kau hidup dan berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sobong lagi celaka.’” (Maryam: 30-32)
Sumber: Buku Menempatkan
ayah bunda di Singga Sana (http://berbaktikepadaorangtua.com/perintah-berbakti-dan-berlaku-baik-kepada-kedua-orang-tua/)