Social Icons

Rabu, 22 April 2015

Perintah Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua memiliki keutamaan yang paling tinggi dan mulia. Tidak ada dalil yang dapat menandingi kuatnya dalil Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk berbakti dan berlaku baik kepada kedua orang tuanya yang mengiringi perintah untuk menyembah Alllah yang Maha Esa( Yang tidak ada sekutu bagi-Nya), sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa ayat Al-Quran. Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan, berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (an-Nisaa’: 36”
Juga firman Allah Ta’al ayang berbunyi,
“Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia; berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak.” (al-An’aam: 151)
Juga firman Allah yang lain yang berbunyi,
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-bainya” (al-Israa’:23)
Perintah Berbakti dan Berlaku Baik kepada Kedua Orang Tua
Allah Ta’ala juga telah mengadakan perjanjian dengan bani Israel agar mereka berlaku baik kepada orang tua mereka, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari bani Israil (yaitu), ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklahkepada ibu bapak.” (al-Baqarah: 83)
Perhatikanlah nash-nash Al-Quran ini. Lihatlah bagimana perintah menyembah Allah Yang Maha esa, Yang tidak Memuliki sekutu- diiringi dengan perintah untuk berlaku baik kepada kedua orang tua. Bukankah hal ini menunjukkan pentingnya persoalan berbakti kepada kedua orang tua?
Hadits tentang Posisi Orang Kedua Orang Tua
Kemudian perhatikanlah juga hadits nabi Sholallohu’alaihi wa sallam yang menjelaskan posisi berbakti kepada kedua orang tua dibandingkan berbagai amal perbuatan yang lainnya, yaitu dalalmhadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Musim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallohu’anhu.
“Aku bertanya kepada Nabi Sholallohu’alihi wa sallam amal perbuatan apakah yang paling disukai oleh Allah ?” Bleiau menjawab, “Melakukan shalat pada waktunya.” Aku kembali bertanya kepadanya “Setelah itu perbuatan apa?” Beliau menjawab, “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua”. Aku kembali bertanya, “Setelah itu perbuatan apa?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.”
Berbakti didahulukan dari Menuntut Ilmu
Berbakti kepada kedua orang tua juga harus didahulukan daripada menuntut ilmu, meskipun ilmu yang dituntut adalah ilmu agama. Dengan catatan, jika memang tuntutan untuk mempelajari ilmu agama ini hukumnya adalah fardhu kifayah.
Jika seseorang tidak mengetahui bagaimana cara menyembah Allah, juga tidak mengetahui bagaimana cara mengesakan-Nya, tidak mengetahui bagaimana cara melakukan shalat, serta bagaimana cara menjatuhkan talak jika pada suatu saat dia dituntut untuk menceraikan istrinya, maka dalam kondisi yang seperti ini menuntut ilmu agama didahulukan daripada berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti dulu kemdudian Melakukan Perjalanan
Berbakti kepada kedua orang tua juga harus didahulukan daripada melakukan perjalanan untuk mencari rezeki jika orang tersebut masih memiliki persediaan makanan yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya sarta dapat menutupi rasa laparnya dan rasa lapar keluarganya. Jika dia masih memiliki rumah untuk tempat berteduh untuk tempat berteduh serta masih memiliki pakaian untuk menutupi auratnya, juga selama dia merasa aman di negaranya dan tidak atakut terkena fitnah atau cobaan yang berat yang tidak dapat di tanggung, maka dia harus mendahulukan berbakti kepada kedua orang tuanya daripada melakukan perjalanan.
berbakti dan berlaku baik kepada orang tuaKemudian perhatikanlah juga perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya pada beberapa ayat yang terdapat dalam kitab Al-Quran agar mereka berbakti kepada kedua orang tua mereka, yaitu pada firman Alloh Ta’ala yang berbunyi,
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mmpersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezalliman yang besar.’ danKami perintahkankepada manusia (berbuat baiklah) kepada orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapak-mu, hanya kepada Kulah kembalimu.” (Luqman: 13-14)
Begitu juga firman Allah Ta’ala yang berbunyi,
„Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyampihnya dalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahunia berdoa, „Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (al-Ahqaaf: 15)
Allah Ta’ala juga berfirman:
„Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuianmu tetnang ibu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-‘Ankabuut: 8)
Dalam beberapa ayat Al-Quran ni, Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya dan bersyukur kepada kedua orang tuanya.
Ketika Allah Ta’ala memuji danmenyanjung paranabi,maka di antara salah satu faktor sanjungan-Nya kepada mereka adalah sikap berbakti mereka kepada kedua orang tua mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala ketika Dia menceritakan kisah nabi Yahya bin nabi Zakaria Alaihi sallam,
„Dan banyak berbaktikepada kedua orang tuanya dan bukanlahia seorang yang sombong lagi durhaka.” (Maryam: 14)
Begitu juga halnya dengan perkataan nabi Isa yang diucapkan ketka diamsih bayi, sebagaimana yang dipaparkan di dalam al-Quran,
”Berkata Isa, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan ida menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja kau beradsa dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama kau hidup dan berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sobong lagi celaka.’” (Maryam: 30-32)
Sumber: Buku Menempatkan ayah bunda di Singga Sana (http://berbaktikepadaorangtua.com/perintah-berbakti-dan-berlaku-baik-kepada-kedua-orang-tua/)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar